Tahukah Anda bahwa masyarakat Ponorogo memiliki tradisi unik untuk menerbangkan sebuah balon besar pada tiap hari Raya Lebaran tiba. Istiadat balon Ponorogo yang berjalan dari mulai abad ke 15 tepatnya pada tahun 1496 hal yang demikian masih berjalan dengan bagus sampai dikala ini. Masyarakat Ponorogo sendiri menyebutkan kultur ini sebagai kultur Umbulan atau menerbangkan bulan yang kemudian dalam perkembangannya disebut balon.
Seandainya sebelumnya kultur ini yakni budaya yang berasal dari adat masyarakat Ponorogo yang beragama Budha, melainkan kemudian oleh bupati pertama Ponorogo yang bernama Bathara Katong diubah menjadi budaya yang bernafaskan islami dengan menerbangkannya pas pada dikala Hari Raya Idul Fitri tiap-tiap tahunnya.
https://www.youtube.com/channel/UCu9-E_-OcBSNSyppSkp1DlA yang satu ini mempunyai makna tersendiri. Makna yang kemudian dipahami oleh masyarakat Ponorogo mempunyai arti mendalam sehingga budaya masih menempel sampai saat ini.
Adapun makna dari budaya ini ialah dimana pada memasuki Hari Raya Idul Fitri balon akan diterbangkan sebagai pedoman dari akhir bulan Ramadhan. Bahwa pada ketika itu mereka melepaskan diri mereka yang penuh dosa untuk kembali menjadi suci dan fitri pada ketika lebaran nanti. Dilambangkan dengan menerbangkan balon yang diberikan api sebagai daya untuk menerbangkan, asap hitam menggambarkan dosa yang dimiliki oleh manusia.
Ponorogo sendiri lebih diketahui dengan drama tari Reog-nya. Dan hal itu sungguh-sungguh terkait erat dengan wilayah Bantarangin yang sekarang tinggal legenda. Budaya Grebeg Sura lazimnya ditutup dengan mengadakan acara festival yang berisi aneka pagelaran yang sarat dengan adat dan seni khas Ponorogo. Biasanya festival ini diselenggarakan di desa Sumoroto kecamatan Kauman.
Kesenian Reog ini telah ada semenjak pada tahun 1920, merupakan sebuah seni drama tari yang memiliki tema satire atau sindiran. Drama tari ini dibuat untuk mengkritik kerajaan Majapahit yang pada waktu itu dipimpin oleh Raja Bre Kertabumi yang dianggap sudah melaksanakan penyimpangan pada tatanan sopan santun Kerajaan. Dimana pada saat itu Raja seakan dikontrol penuh oleh permaisuri sehingga banyak kebijakan dan hukum Raja yang dianggap tidak benar.
Tokoh utama dari drama tari Reog sendiri yaitu seseorang dengan kepala singa yang ditunjukkan dengan bulu merak, kemudian ada beberapa penari yang mengenakan topeng serta penari kuda lumping. Drama tari ini lazimnya diadakan di ruang yang terbuka, dan memiliki tujuan untuk menghibur rakyat melainkan juga mempunyai unsur magis di dalamnya. Sebab reog diketahui masyarakat Ponorogo terpenting sebagai salah satu adat istiadat daerah yang ada di Indonesia yang masih benar-benar kental dengan ilmu kebatinan dan bau mistik yang benar-benar kuat.
Seni reog biasanya ditampilkan dalam sebagian acara khusus seperti acara pernikahan, khitanan sampai hari besar Nasional. Sedangkan sesungguhnya ada satu versi orisinil dari cerita reog, di Ponorogo sendiri berkembang versi cerita sebanyak 5 kisah yang kemudian dijelaskan dalam drama tari reog Ponorogo.